
sehingga harus dijadikan jembatan untuk memburu dan mengumpulkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Itulah virus yang sering menggoda setiap pemimpin pemerintahan atau orang-orang di dekatnya untuk berlama-lama menduduki jabatan tertentu. Mereka tidak mau meninggalkan kursi yang didudukinya, pasalnya sudah merasakan banyak keistimewaan saat menjabatnya.
Kekhawatiran itu beralasan, mengingat penyakit korupsi di negeri ini sudah menjangkiti berbagai elemen strategis bangsa. Sosok tertentu misalnya sekarang terlihat bersih atau tidak terkena virus korupsi, akan tetapi ini tidak menjadi jaminan kalau di kemudian hari bisa ditemukan di dalam diri, anak, atau isterinya, tersangkut beragam dana siluman atau sumber-sumber keuangan secara ilegal.
Memimpin (menahkodai) negeri itu berat tapi mulia. Dalam beratnya memimpin negara ini, ada manfaat besar yang bisa diberikan kepada masyarakat (rakyat), jika pola kepemimpinannya selalu membahasakan (memenuhi) panggilan aspirasi publik. Sementara menjadi beban berat secara moral, bilamana dalam kepemimpinannya gagal membuktikan pembelaan atau pemenuhan hak-hak rakyat. Disinilah beratnya rakyat harus mencari atau memilih pemmpin yang bermental “langit”. (*)
Oleh Abdul Wahid
Pengajar Ilmu Hukum Universitas Islam Malang
dan pengurus APHTN/HAN